Rabu, 11 September 2013

PENYETARAAN GENDER DALAM PENDIDIKAN JASMANI





Oleh
Ida Bagus Wiguna



Abstrak


Wanita selalu menjadi bahan pembahasan yang menarik dalam tema apapun, tidak terkecuali jika membicarakan peran wanita dalam kegiatan jasmani. Sosiolog Michael Smith menyimpulkan bahwa mulai tahun 1970 an tingkat keterlibatan wanita dalam olahraga terus meningkat
Peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan yang dapat dinikmati secara adil, efektif, dan akuntabel oleh seluruh penduduk Indonesia, baik pria maupun wanita. Wanita adalah salah satu penentu dalam berhasil dan tidaknya pendidikan dalam keluarga, karena kerluarga merupakan kesatuan sosial terkecil yang merupakan kelompok kekerabatan yang bertempat
Dari hal tersebut sangatlah disayangkan jika wanita tidak mengikuti proses pendidikan jasmani secara maksimal, mengingat tujuan pendidikan adalah membekali manusia untuk kehidupan yang akan datang dan membentuk budaya di masyarakat.

Kata Kunci : Wanita , Pendidikan jasmani




PENDAHULUAN
Wanita selalu menjadi bahan pembahasan yang menarik dalam tema apapun, tidak terkecuali jika membicarakan peran wanita dalam kegiatan jasmani. Dalam status sosial , peran wanita selalu menjadi nomor dua , bahkan sudah menjadi pola pikir setiap manusia ketika kita menyebut sosok pemimpin, direktur, kepala sekolah, coach pasti yang terbesit dalam pikiran adalah sosok seorang pria, kalaupun terdapat wanita yang aktif kegiatan sosial mungkin masih menjadi sesuatu yang aneh dalam lingkungan sosial masyarakat.
Meskipun saat ini semakin banyak kita temukan wanita yang aktif dalam kegiatan apapun termasuk dalam kegiatan  pendidikan jasmani dan olahraga, baik itu wanita yang aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, prestasi olahraga maupun aktifiitas fisik lainnya  dan mereka cenderung mendapat penilaian bahwa mereka lepas dari sosok wanita yang harus feminim dan lemah lembut. Hal tersebut membawa kebiasaan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani dimana wanita selalu menjadi sosok yang keterlibatannya tidak terlalu penting, karena pendidikan jasmani dinaggap lebih berorientasi pada ketangkasan dan tidak perlu dilakukan oleh wanita.

WANITA DALAM AKTIVITAS JASMANI
Secara fisiologis wanita dan pria memang merupakan sosok yang berbeda , namun dalam proses aktifitas fisik terutama pendidikan jasmani tidak ada hal yang mengatur tentang perbedaan perlakuan pada wanita dan pria,  tuntutan agar wanita harus mengikuti gerakan pria dam pendidikan jasmani masih sering diperdebatkan , tidak terkecuali oleh guru pendidikan jamani itu sendiri, masih ada guru pendidikan jasmani yang memberikan perlakuan berbeda terhadap wanita dan pria, bahkan ada juga yang menempatkan wanita sebagai penonton  saja apabila pendidikan jasmani sedang berlangsung. 
Jika ditinjau lebih jauh bahwa pendidikan jasmani merupakan sebuah proses belajar tentang manusia bergerak, dimana gerak manusia adalah suatu rangkaian yang muncul dari kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidup . Gerakan muncul dikarenakan adanya tiga faktor , yaitu faktor individu, faktor tugas, dan faktor lingkungan (Anne Shumway, 2001 : 2), gerakan dipengaruhi oleh dua hal yaitu spesifikasi tugas dan dibatasi oleh lingkungan.
Individu mengasilkan gerakan karena adanya sebuah kebutuhan didalam tugasnya dan adanya lingkungan yang mengharuskan individu bergerak, kapasitas Individu untuk berinteraksi dengan tugas, lingkungan, yang kemudian akan mencerminkan kapasitas fungsional seseorang.
Ditinjau dari teori tersebut menggambarkan bahwa wanita akan dapat mengikuti gerakan pria apabila terdapat tuntutan gerak terutama dalam lingkungan yang memang megharuskan wanita melakukan gerakan tersebut, bisa dilihat dalam kehidupan masyarakat berbagai peran pria yang di lakukan oleh wanita baik itu menjadi budaya setempat maupun karena tuntutan ekonomi. Sebenarnya jika melihat lebih jauh pada aktivitas fisik yang tinggi sekalipun , seperti prestasi olahraga, banyak wanita yang mampu tampil sempurna dalam kegiatan olahraga, meskipun dari segi fisik sangat berbeda dari pria namun dari keterampilan banyak wanita yang mempunyai gerakan gerakan dengan koordinasi yang baik seperti halnya wanita.
 Skill atau sering kita sebut dengan ketrampilan, adalah sebauah kata yang sering dipergunakan untuk menandakan akan digunakannya sebuah tugas yang spesifik untuk mencapai tujuan atau menandakan sebuah tugas. Skill juga disebut sebagai kondisi saat dibutuhkannya tubuh atau anggota tubuh untuk bergerak untuk melakukan sebuah tujuan (Ricard a Magil, 1998 : 7). Ada beberapa catatan Karakteristik yang umum dari defisisi motor skill. Yang pertama adalah keinginan untuk mencapai tujuan , yang kedua adalah dapat diartikan sebagai sebuah minat yang dilakukan dengan sukarela atau atas dasar dirinya sendiri, yang ketiga adalah diperlukannya anggota tubuh untuk melakukan gerakan yang digunakan untuk mencapai sebuah sasaran. Skill (Ketrampilan ) , adalah sebauah kata yang sering dipergunakan untuk menandakan akan digunakan nya sebuah tugas yang spesifik untuk mencapai tujuan atau menandakan sebuah tugas .skill juga disebut sebagai saat dibutuhkannya tubuh atau anggota tubuh untuk bergerak untuk melakukan sebuah tujuan.
Munculnya keterampilan tersebut yang pertama adalah keinginan untuk mencapai tujuan , yang kedua adalah dapat diartikan sebagai sebuah minat yang dilakukan dengan sukarela atau atas dasar dirinya sendiri, yang ketiga adalah diperlukannya anggota tubuh untuk melakukan gerakan yang digunakan untuk mencapai sebuah sasaran.
Pendidikan jasmani sendiri selama masa perjuangan kemerdekaan di pergunakan untuk membentuk pemuda – pemudi militan dengan semangat Nasionalistik untuk mempertahankan proklamasi kemerdekaan Indonesia, karena pada masa itu pendidikan jasmani dan olahraga di anggap mampu membentuk prilaku multi disiplin guna menyukseskan perjuangan bangsa, sehingga mungkin saja keterlibatan wanita sangat dibatasi dalam hal ini, walaupun pada masa perjuangan sudah banyak muncul pejuang wanita yang memperjuangkan hak nya.
Dan saat ini muatan kurikulum yang berisi berbagai aktifitas jasmani sama sekali tidak memberikan gambaran perbedaan perlakuan pada pria dan wanita karena aspek yang ditekankan adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, aktivitas yang dilakkukan dalam pendidikan jasmani bukanlah hal yang tidak dapat dilakukan oleh wanita, terutama pada pendidikan jasmani nilai afektif individu sangat diutamakan, sikap disiplin, bekerja sama, kerja keras dan pantang menyerah adalah karakter yang harus ditanamkan pada diri seorang wanita yang kelak mendidik generasi penerus bangsa mulai dari tingkat keluarga.



PANDANGAN SOSIAL  TERHADAP AKTIVITAS  JASMANI PADA WANITA
Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan olehperbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan lingkungan/budaya. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa, karena pengaruh kemajuan pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lainlain.
Peran wanita dalam pendidikan jasmani selalu penuh dengan kontroversi , terutama bila dikaji melalui norma social yang muncul dimasyarakat, terutama norma sosial Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
            Dalam aktivitas jasmani sendiri terkadang terdapat argument bahwa wanita tidak baik berolahraga untuk mendapatkan persamaan, pendapat ini merupakan pendapat yang tidak logis dan tidak rasional, wanita dianggap sebagai sosok yang feminim bukan merupakan hal yang baru apalagi teori feminism terhadap wanita tidak didasari pada ilmu pengetahuan yang mendasar,  banyak penelitian yang mengkaji bagaimana keterlibatan wanita dalam olahraga, dimana pada penelitian tersebut memiliki implikasi yang sangat besar bahwa wanita banyak terlibat dalam lingkungan sosial olahraga, mereka mampu meningkatkan  kesadaran bahwa olahraga adalah bagian dari sebuah budaya, yang juga dapat dilakukan oleh wanita (Jay Coackley, 2003 : 51).

            Sosiolog Michael Smith menyimpulkan bahwa mulai tahun 1970 an tingkat keterlibatan wanita dalam olahraga terus meningkat. Perambahan pada cabang – cabang olahraga keras sebagaimana yang kerap dilakukan pria , bukan lagi merupakan hal yang tabu. Kesadaran akan adanya persamaan antara pria dan wanita semakin membuka kesadaran kaum wanita , sehingga penerapan strategi  dalam cabang olahraga keras merupakan  sesuatu yang cukup mengasyikkan
Meskipun demikian masih banyak mitos yang berkembang dimasyarakat yang menyesatkan ,   seperti mitos yang mengatakan  wanita yang melakukan aktivitas jasmani terlalu tinggi akan menggangu pada system reproduksinya, hal itu terjadi dikarenakan aktivitas jasmani sangat berpengaruh bagi proses metabolisme tubuh manusia. Bukti bukti menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara bertambahnya aktivitas olahraga dengan  meningkatnya kejadian menarche (menstruasi untuk pertama kalinya ) yang terlambat maupun disfungsi menstruasi(Harsuki, 2003 : 226). Hal ini tentu menjadi permasalahan serius dalam lingkungan sosial masyarakat mengingat menstruasi masih dianggap sebagai hal yang kotor, negative dan bahkan membahayakan , dan menurut penelitian tidak ditemukan  penurunan kecakapan kognitif, perseptual dan motoric apabila aktivitas fisik dilakukan saat menstruasi .
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan mitos mitos yang menempatkan wanita pada titik lemah kegiatan jasmani diharapkan mampu dihapuskan , dengan harapan bahwa tidak ada perbedaan proses pendidikan jasmani pada pria dan wanita, terutama dalam lingkungan sekolah yang terkadang siswi selalu mempunyai alasan unttuk  tidak mengikuti kegiatan jasmani .

WANITA SEBAGAI PEMBANGUN BUDAYA
Jika ditilik lebih jauh, peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan yang dapat dinikmati secara adil, efektif, dan akuntabel oleh seluruh penduduk Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan. Berbagai kemajuan dalam pembangunan, khususnya di bidang olahraga telah menunjukkan angka yang meningkat, meski ketimpangan gender masih sangat dirasakan. Meskipun demikian aneka diskriminasi terhadap hak dan peranan kaum perempuan di Indonesia seperti dalam bidang sosial, ekonomi, dan lebih-lebih bidang politik masih merupakan masalah yang sangat kompleks dengan akar sejarah yang cukup panjang, dan  jelas tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Fenomena ketimpangan sosial ini dapat diamati sejak berlangsung proses sosialisasi terhadap anak bayi perempuan, dan semakin kentara tatkala mereka sudah menginjak usia remaja dan dewasa(Berliana, 2011 : 2). Ketimpangan tersebut juga terjadi dalam pendidikan jasmani , di lingkungan masyarakat pendidikan jasmani terkesan sebuah proses pembelajaran yang memang dibuat untuk menunjukkan ketangkasan pria, sama seperti halnya olahraga ,pendidikan jasmani dapat dan bahkan harus dilakukan oleh wanita. 
            Kita seringkali melupakan bahwa wanita merupakan pembektuk karakter anak bangsa, membangun kesehatan manusia mulai dari keluarga , jika mengacu pada tujuan dan fungsi pendidikan jasmani yaitu :
1.      Meletakkan landasan yang kuat dalam internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani
2.      Membangun landasan kepribadian yang kuat, cinta damai, sikap social dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan budaya
3.      Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas tugas pembelajaran pendidikan jasmani
4.      Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin , tanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis melalui ativitas pendidikan jasmani
5.      Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi  berbagai permainan danolahraga , aktivitas pengembangan , senam aktivitas ritmik , akuatik dan pendidikan luar kelas
6.      Mengembangkan keterampilan pegelolaan diri dalam upaya pengembangan  dan pemeliharaan kebugaran jasmani  serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
7.      Mengembangkan keterampilan untuk menjaga  keselamatan diri sendiri dan orang lain
8.      Mengetahui dan memahami konsep  aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat
9.      Mampu mengisi waktu luang dengan dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif(Imam Suyudi, 2013 )
Pendidikan jasmani merupakan sebuah pengalaman belajar yang amat penting untuk dilalui seseorang, manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman dan pengalaman itu terjadi antara manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social, lingkungan merupakan tempat berlangsungnya pendidikan , itulah yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan , khususnya yang terjadi pada tiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.tinggal sama , yang ditandai dengan  adanya kerjasama ekonomi, memiliki fungsi mensosialisasikan atau mendidik anak anak sehingga anak berkembang dengan baik(Uyoh Sadulloh,2011 :186).
Wanita adalah salah satu penentu dalam berhasil dan tidaknyapendidikan dalam keluarga, karena kerluarga merupakan kesatuan social terkecil yang merupakan kelompok kekerabatan yang bertempat
Dari hal tersebut sangatlah disayangkan jika wanita tidak mengikuti proses pendidikan jasmani secara maksimal, mengingat tujuan pendidikan adalah membekali manusia untuk kehidupan yang akan datang dan membentuk budaya di masyarakat. Wanita sebagai pelopor dan pengarah anak anak dalam keluarga mempunyai tugas penting yang semuanya didapatkan melalui pendidikan jasmani yang baik.

KESIMPULAN
Pendidikan jasmani memegang perana penting dalam kehidupan manusia, pendidikan jasmani mengandung nilai nilai pembentukan karakter dan kepribadian manusia, dari sisi fisiologis pendidikan jasmani bertujuan menciptakan manusia yang terampil , sehat jasmani dan rohani. Dalam pendidikan jasmani keterampilan ketrampilan gerak  tidak dibatasi oleh kemampuan kondisi fisik seseorang , karena didalam pendidikan jasmani yang menjadi penilaian adalah proses bagaimana keterampilan itu terjadi bukan pada hasil gerakan. Dan dari sisi proses belakar gerak, secara teoritis manusia bergerak karena disesuaikan dengan kebutuhan lingkungannya.
Oleh sebab itu tidak perlu ada perbedaaan perlakuan dan pengkerdilan keterlibatan wanita dalam pendidikan jasmani karena semua proses pendidikan diciptakan sebagai proses manusia untuk mendapatkan pengalaman belajar.
            Kelak wanita adalah sosok yang memberikan pendidikan dalam lingkungan keluarga, dalam hubungannya dengan pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama dan pertama, berlangsung secara wajar dan informal, serta lebih dominan melalui media permainan. Orang tua mereupakan benar benar sebagai peletak kepribadian anak . dasar tersebut akan berperan  akan berpengaruh pada pengalaman pengalaman selanjutnya.





Daftar Pustaka

Berliana. Olahraga Prestasi Sebagai Sarana Penyetaraan Gender.  Audotorium F MIPA : UPI.2011
Coackley, Jay. Sport in Society : Issues & Controversies. Singapore : Mc Graw Hill. 2003.
Harsuki. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003
Maggil ,Ricard A . Motor Learning , Concept and Apllication. Singapore  : Mc Graw Hill. 1998
Sadulloh, Uyoh. Pedagogik : Ilmu Mendidik. Bandung  : Alfabeta .2011
Shumway ,Cook Anne & Narjorie Woollacott. Motor Control. USA : Lippincott William & Wilkin.2001.
Suyudi,imam . Pendidikan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta, bahan kuliah Pendidikan Olahraga Pascasarjana UNJ, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar